Image Alt

Blog

Kilemo Rahasia yang Terkandung di Dalamnya

Kilemo merupakan tanaman endemik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang memiliki nama ilmiah Litsea cubeba di beberapa daerah juga sering disebut sebagai Pohon Lemo, Krangean dan Antasara. Litsea cubeba berasal dari Family Lauraceae yang secara alami tersebar dari mulai wilayah China Selatan, Taiwan hingga negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.

Tumbuhan ini secara tradisional di sekitar Kawasan TNGGP sebagai tumbuhan yang memiliki kandungan obat khususnya untuk meredakan kulit gatal-gatal, meredakan pegal dan mengusir serangga. Masyarakat menggunakan air rendaman daun Kilemo digunakan untuk mandi dengan air hangat, manfaatnya untuk meredakan kulit iritasi dan gatal serta meredakan badan pegal.

Kilemo sendiri merupakan jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri pada seluruh bagiannya seperti daun, kulit kayu, buah dan akar (Rostiwati dan Putri, 2012 dalam Agustarini dan heryati, 2018). Beberapa penelitian mencoba untuk melakukan penyulingan minyak atsiri dari berbagai bagian tumbuhan ini melalui beberapa metode. Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat di daun, namun kulit batang juga memungkinkan untuk disuling meskipun rendemen yang dihasilkan lebih kecil dari kandungan yang ada di daun. Perbandingan rendemen mintak atsiri pada daun dan kulit batang berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulnely, dkk. (2007) menunjukkan bahwa rendemen minyak atsiri dari daun sebesar 4% – 5,4% sedangkan dari kulit batang sebesar 1,05% – 1,55%.

Kandungan utama yang terdapat pada tumbuhan ini berupa Sineol, Sitronellal, Sitronellol dan Limonen. Dikutip dari Zulnely, dkk. (2007) kandungan Sineol tertinggi pada daun sebesar 56% – 63%, kandungan Sitronellal tertinggi pada bagian kulit batang sebesar 20% – 29%. Kandungan Sineol sama dengan yang terdapat pada Kayu Putih dan Eucalyptus dengan rata-rata sebesar 50% – 60%. Sedangkan kandungan Sitronellal dan Sitronellol merupakan kandungan utama yang terdapat pada tanaman Serai Wangi. Kilemo juga memiliki kandungan saponin, flavonoid dan tannin pada bagian daun dan kulit batang (Prosea, 1999 dalam Agustarini dan heryati, 2018).

Di Jawa Kilemo sering digunakan untuk bahan baku pembuatan parem obat tradisional untuk meringankan badan pegal linu. Dalam sejarah pengobatan tradisional Cina lemo digunakan pada penderita asma, gangguan pencernaan, sebagai antiseptik, obat kejang urat/otot, dan antibakteri (Agustarini dan heryati, 2018).

Melihat kandungan alami yang tinggi pada minyak atsiri tumbuhan Kilemo, pemberdayaan masyarakat untuk budidaya tumbuhan Kilemo dan pengolahan minyak atsiri dapat memberikan alternatif dengan nilai ekonomi yang menjanjikan. Untuk budidaya tumbuhan ini telatif mudah karena Kilemo merupakan jenis tumbuhan pionir yang mudah tumbuh pada kondisi ekosistem miskin hara sekalipun. Tumbuhan ini termasuk perdu yang dapat tumbuh diameter batang 6 – 20 cm serta tinggi pohon 5 – 12 meter.

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on